Monday, July 19, 2021

INTEGRASI ILMU DALAM KONSEP BERPIKIR IDI BAB 7

 A. Konsep Berpikir

Berpikir memiliki arti yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas, karena mengandung maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan menentukan sangkut paut antara masalah satu dengan yang lain.

B. Prinsip Dasar Berpikir dalam Filsafat Dakwar yang dapat diturunkan dari Al-Qur'an

1. Berpegang teguh pada etika ulul al-bab. Sosok ulul al-bab adalah orang yang mampu menggunakan potensi pikir dan potensi dzikir secara tawazun (Seimbang)

2. Memikirkan, memahami, menghayati dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan hukum alam) maupun ayat-ayat Al-Qur'an melalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat Al-Qur'an tentang "aql yang terdiri dari 49 kali penyebutan dalam bentuk kata kerja :

a. 'aqaluh

b. Ta'qilun

c. Na'qilu

d. Ya'qiluha

e. Ya'qilun

C. Metode Berpikir (Al-Fikr) Menurut Al-Qur'an

1. Berpikir dengan Hati yang Bersih

Al-qur'an memerintahkan manusia untuk berpikir bukan hanya dengan akalnya yang cerdas namun juga harus diiringi oleh hati yang bersih. Seperti halnya pada surah Al-Mudassir ayat 18 menceritakan Al-Walid Al-Mugirah, seorang yang pandai yang ditunjuk kaumnya.

2. Berpikir dengan Logika

Dalam Al-Qur'an, berpikir dengan akal logika saja tidaklah cukup, akal juga memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan tuntunan langsung dari Allah berupa wahyu yang disampaikan pada seorang Rasul-Nya. Dalam surah Al-Araf ayat 184, Al-qur'an mengajak berpikir dengan benar melakukan pengecekan dan penelaahan kembali dengan akal yang baik mengenai Nabi Muhammad SAW. Kemudian dalam surah Al-An'am ayat 50, apa yang diajarkan oleh Rasul tersebut didasarkan pada wahyu, Al-qur'an membedakan orang yang mampu menangkap kebenaran wahyu dengan yang tidak.

3. Berpikir Luas dengan Cara yang Sederhana agar Mudah Dipahami

Dalam surah Yunus ayat 24, memperumpamakan kehidupan dunia yang indah ini ibarat kebun yang indah namun tiba-tiba menghilang seolah-olah tak pernah ada

4. Terbuka dengan Pemikiran Orang Lain

Al-qur'an memerintahkan manusia untuk berpikir dengan baik dan memiliki sifat keterbukaan untuk mendapatkan kebenaran. Dalam surah Saba' ayat 46, Allah SWT memerintahkan manusia untuk terbuka menerima pendapat orang lain dengan cara saling berdiskusi memikirkan bersama-sama mengenai kebenaran ajaran yang dibawa Rasul Allah.

5. Berpikir dari Proses hingga Dampak yang dihasilkan

Perintah berpikir dalam Al-qur'an harus dilakukan secara komprehensif dari proses hingga dampak yang dihasilkan. Kegiatan berpikir selain harus dilakukan dengan baik dan benar juga harus membawa manfaat. 

D. Ontologi, Epistemologi dan  Aksiologi

1. Ontologi

Ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Ontologi merupakan pembahasan dalam rangka untuk mencari atau mendapatkan hakikat sesuatu.

2. Epistemologi

Cara mendapatkan pengetahuan yang benar, karena epistemologi itu adalah teori pengetahuan. Proses pencarian epistemologi biasanya didasarkan atas pertimbangan sikap skeptis, karena dengan sikap ragu itulah orang mencari tahu tentang berbagai hal yang melingkupinya. 

3. Aksiologi

Teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh oleh manusia, dengan sendirinya dapat dikategorikan akan memberi manfaat dan berguna atau sebaliknya.


KONSEP DIRI MANUSIA BAB 6 IDI

 A. Konsep Diri Manusia

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman, konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan tersebut bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya.

Menurut Mulyana, konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa dirinya, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri sendiri.

Jadi, konsep diri itu adalah pandangan individu mengenai dirinya, meliputi gambaran mengenai diri dan kepribadian yang diinginkan, yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

1. Konsep Diri memiliki 3 dimensi pokok :

a. Dimensi pengetahuan

Segala pengetahuan atau informasi yang kita ketahui tentang diri, misalnya umur, jenis kelamin, penampilan dan sebagainya

b. Dimensi harapan

Suatu pandangan tentang kemungkinan menjadi apa kita di masa mendatang

c. Dimensi Penilaian

Penilaian individu tentang gambaran siapakah dirinya dan gambaran mengenai seharusnya bisa menjadi seperti apa

B. Identitas Diri dan Artikulasi Komunikasi

Menurut Erikson, identitas diri adalah mengenald an menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalknya sebagai anak, teman, pelajar, dll.

Identifikasi diri muncul ketika akan muda memilih menilai dan orang tempat dirinya memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orang tua. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapa atau apa yang dia inginkan pada masa depan nanti.

Komunikasi sebagai suatu interaksi untuk menyertakan adanya proses sebab-akibat, aksi-reaksi yang memiliki arah dan tujuan maisng-masing dan sifatnya bergantian.

Ada macam-macam komunikasi, diantaranya :

1. Komunikasi verbal

Komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan atau bentuk lain.

2. Komunikasi nonverbal

Komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk kata-kata. Dalam hidup nyata, komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal.


Kemampuan artikulasi adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide atau pemikiran dengan jelas melalui kata-kata.

C. Krisis Dimensional Masyarakat Modern dan Pendekatan Terintegrasi Terhadap Diri Manusia

Krisis multidimensional adalah krisis yang terjadi di berbagai bidang dalam waktu yang relatif sama. Krisis ini lebih sulit untuk diatasi karena hubungannya yang saling berkaitan antara krisis di satu bidang dengan krisis lain.

Krisis multidimensional manusia modern melalui analisis filosofis-sosiologis dan psikoanalisis, mereka mengeskpos perilaku masyarakat modern seperti keserakahan terhadap SDA, irasionalitas, konsumerisme, tirani, hegemoni, fasisme, dan tribalisme.

Pendekatan Integrasi

Dapat dilakukan dalam diri manusia, antara lain :

1. Mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi dan brainstorming

2. Menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai

3. Memainkan permainan nilai-nilai kemanusiaan

4. Menceritakan kisah hidup orang-orang besar

5. Menggunakan drama untuk melukiskan kejadian-kejadian yang berisikan nilai-nilai

6. Menggunakan berbagai kegiatan seperti kegiatan pelayanan dan service, fieldtrip, dan klub kegiatan untuk memunculkan nilai kemanusiaan


Tuesday, April 20, 2021

Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu (IDI BAB 5)

A. Makna Integrasi Ilmu

    Kata Integrasi berasal dari Bahasa Inggris. Sebagaimana dijelaskan M. Amin Abdullah bahwa pengembangan IAIN menjadi UIN adalah merupakan contoh wujud praktik integrasi ilmu pengetahuan itu. Beliau menegaskan bahwa pemahaman integrasi dalam konsep ini adalah dimana fakultas-fakultas agama tetap dipertahankan, namun kurikulumnya perlu dikembangkan agar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pengguna jasa IAIN di era globalisasi, dan tenaga pengajar dan dosen-dosennya juga harus diperkuat dengan berbagai metode dan pendekatan baru, namun secara bersamaan bahwa pada fakultas-fakultas umum yang ada di universitas-universitas juga perlu dibekali muatan-muatan spiritualitas dan moral keagamaan yang lebih kritis dan terarah dalam format integrated curriculum dan bukannya separated curriculum seperti yang ada selama ini. 

    Sedangkan Kuntowijoyo menjelaskan bahwa dalam konteks paradigma pengilmuan Islam, integrasi ilmu itu dimaksudkan sebagai upaya penyatuan ilmu. Ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu integralistik (hasil integrasi) itu adalah ilmu yang menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia, sehingga menjadi suatu prinsip keilmuan yang tidak akan mengucilkan Tuhan (sekularisme) dan juga tidak mengucilkan manusia. Secara Harfiah, terdapat tiga jenis kata yang merujuk pada kata integrasi :

1. Sebagai kata kerja

Mengintegrasikan, Menyatupadukan, Menggabungkan, Mempersatukan

2.  Sebagai kata benda

Integrasi, Pengintegrasian, atau penggabungkan

3. Sebagai kata sifat

Integral yang berarti hitungan integral, bulat, utuh, yang perlu untuk melengkapi

Demikian halnya, integrasi ilmu pengetahuan menjadi jejaring yang menjadi satu ikatan yang saling mengisi dan melengkapi baik perspektif, terapan, maupun nilai etik/Akhlak. Masing-masing disiplin ilmu tersebut menjadi terintegrasi, lebih komprehensif, objektif holistic, serta sarat dengan nilai (Value) dan kemanfaatan (Ziyadah Al-Khair) yang menunjang objerktivitas ilmu dan kualitas hidup manusia.

B. Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Ilmu

Paradigma integrasi ilmu dirinci sebagai berikut :

1. Paradigma ilmu integratif (Menjadi bagian dari keseluruhan)

2. Paradigma integrasi ilmu integralistik

3. Paradigma ilmu dialogis, yakni bersifat terbuka untuk sharing atau mengapresiasi keberadaan disiplin ilmu lainnya (Integrasi ilmu dialogue)

C. Prinsip Utama : Tauhid

Prinsip Pendukung

- Inklusivitas (Menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain)

- Dialogis

- Relevansi

- Objectvikasi

- Kebenaran

- Keadilan

- Istilah

- Holistik (Keterkaitan antar ilmu)

- Kelangsungan dan kesinambungan

D. Tantangan Integrasi Ilmu

1. Dalil Geologis dan Astronomis menghancurkan posisi paragraf ayat al-Kitab tentang penciptaan Tuhan

2. Munculnya paham barat seperti sekularisme. Pada abad pertengahan di Eropa setiap pertemuan baru berarti tambahan senjata bagi penyerangan terhadap agama dan keberadaan Tuhan.

3. Darwinisme berkembang seiring dengan pesta pora kaum ilmuan sekuler, karena sejak saat itu mereka dapat menjelaskan tentang penciptaan manusia tanpa perlu menghadirkan "Ayat-Ayat Suci" dan Tuhan

E. Dasar Teologis Pentingnya Integrasi Ilmu

Artinya :
"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakinkan kebahwasannya Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduh hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus (QS. Al-Haj [22]:54)

F. Paradigma Integrasi Ilmu

1. Paradigma Islamisasi

    Islamisasi merupakan gerakan intelektual internasional pertama sekali dimunculkan oleh Ismail Raji Al-Faruqi dari lembaga pemikiran Islam internasional di Amerika Serikat menjelang 1980-an, meskipun gagasan ke rah itu sebelumnya sudah dicetuskan oleh Naquib Al-Attas dari Malaysia.

2. Paradigma Integrasi-interkoneksi

    Paradigma integrasi-interkoneksi ini mengandaikan terbukanya dialog di antara ilmu-ilmu, dengan cara mempertemukan tiga peradaban (trikotomik) di dalamnya, yaitu antarahadarah al-nas (normativitas), hadarah al-’ilm danhadarah al-falsafah (historitas), yang kemudian diistilahkan dengan pendekatan triadik.

Jurnal yang berhubungan dengan materi : 

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/eduriligia/article/view/1751/1399 

Saturday, April 17, 2021

MISI PROFETIK ILMU DAN TANGGUNG JAWAB ILMUWAN (IDI BAB 4)

 1. Pengertian Misi Profetik Ilmu dan Tanggung Jawab Ilmuwan

    Kata  “profetik” berasal  dari bahasa  inggris  prophetical yang mempunyai makna kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

    Sebuah hadits Nabi SAW yang mengatakan ‘ulama adalah pewaris nabi. Ulama adalah istilah dalam bentuk jama’, dalam bentuk tunggal disebut ‘alim yang berarti orang yang berilmu, baik itu ilmu agama dan ilmu umum lainnya sepanjang orang itu menjiwai ilmunya dengan pesan- pesan langit dan pesan manusia paripurna Muhammad SAW.  Warisan nabi adalah risalahnya yang harus diperjuangkan secara estafet sepanjang masa, dari dari generasi kegenerasi.

    Kuntowijoyo dalam Sya'roni (2014), mengatakan bahwa cita-cita etik dan profetik inilah yang seharusnya diderivasikan dari nilai-nilai yang mengakar pada budaya, ajaran agama dan nilai-nilai moral bangsa sehingga pencapaian cita – cita pendidikan tidak mengorbankan jati diri bangsa. Artinya sistem pendidikan harus memberikan pemahaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai inilah yang kemudian menjadi tugas pendidikan untuk melakukan reorientasi konsep-konsep normatif agar dapat dipahami secara empiris.

    Landasan pendidikan tersebut sekiranya diorientasikan untuk memfasilitasi terbentuknya kesadaran ilmiah dalam memformulasikan konsep-konsep normatif menjadi konsep-konsep teoritis. Prinsip dalam pendidikan profetik yaitu mengutamakan integrasi. Dalam memberikan suatu materi bidang tertentu juga dikaitkan dengan landasan yang ada di Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tujuan baik duniawi maupun akhir at dapat tercapai.

2. Etika Profesi Seorang Ilmuwan

    Dihadapkan dengan masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan dipergunakan untuk tujuan yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk. 

    Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal, yakni sebagai berikut :

    1.      Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia, yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang menggunakan teknologi-teknologi kelimuan.

    2.    Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric hingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi penyalahgunaan.

  3.  Ilmu telah berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial.

    Berdasarkan ketiga hal di atas, maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. 

    Etika keilmuwan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam perilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang mempertanggungjawabkan perilaku ilmuahnya. 

3. Profesionalisme dan Tanggung Jawab Ilmuwan

    Tanggungjawab profesional keilmuan mengandaikan bahwa seorang ilmuwan harus menjadi ahli dan terampil dalam bidangnya, jadi bukan sekedar hobi. Tanggung jawab professional keilmuan mengacu pada bidang keilmuan yang digeluti sebagai panggilan tugas pokok atau profesi keilmuannya. Tanggung jawab professional menunjuk pula pada penghasilan atau upah yang diperoleh berdasarkan tingkat kepakaran (pengetahaun dan ketrampilan) yang dimiliki dalam bidang keilmuannya.

    Profesional merupakan kata atau istilah yang umumnya diliputi sebuah citra diri yang berbauh sukses, penuh percaya diri, berkompeten, bekerja keras, efisien, dan produktif. Tanggung jawab profesional keilmuan menunjuk pula pada sikap keilmuan yang "tanpa pamrih" serta bersikap tenang, tekun, dan mantap, dapat menguasai situasi, serta berkepala dingin dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran ilmunya terhadap berbagai gugatan atau sanggahan. Profesionalisme dalam keilmuan mensugestikan pula bahwa seorang ilmuan adalah sosok yang bersifat pragmatis dan tidak membiarkan profesinnya untuk dipengaruhi oleh pandangan -pandangan yang sempit dan sesat.

    Beberapa bentuk tanggung jawab ilmuwan, antara lain :

a. Tanggung jawab sosial

    Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial.

b. Tanggung jawab moral

    Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat. para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan tentu perlu memiliki visi moral khusus sebagai ilmuwan.

c. Tanggung jawab etika

    Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk.

    Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan melulu pada praxis, pada kemudahan-kemudahan material duniawi. Solusi yang diberikan oleh al-Qur’an terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa mudharat.

Monday, April 5, 2021

Metodologi Ilmu (IDI bab 3)

 1. Pengertian Metodologi Ilmu

    Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Peran inteletual Islam dalam perkembangan ilmu dan filsafat adalah jembatan penghubung antara tradisi Yunani Kuno dengan ilmu pengetahuan modern saat ini. Akan tetapi, nampaknya  sains modern sudah menjadi “agama” baru yang relatif menafikan sisi-sisi normalitas, karena sifatnya yang materiaslitik.

2. Problem dan Krisis Sains Modern

    Dampak tak terlihat sains modern ini, muncul diantaranya pada pola pikir manusia, dan pada gilirannya tentu saja pada perilakunya. Ini tampak pada dominasi rasionalisme dan empirisme pilar utama metode keilmuan (scientific method), dalam penilaian manusia atas realitasrealitas, baik realitas sosial, individual, bahkan juga keagamaan. Herman Kahn disebut sebagai budaya inderawi (yaitu yang bersifat empiris, duniawi, sekular, humanistik, pragmatis, utilitarian dan hedonistik) (Ziauddin Sardar, 1988).

    Dampak dari sains modern yaitu dampak psikologis, misalnya termasuk meningkat-pesatnya statistik penderita depresi, kegelisahan, psikosis, dan sebagainya. teknologi sebagai penerapan sains untuk kepentingan manusia punya dampak yang cukup menakutkan. Keempat dampak itu adalah dampak militer, dampak ekologis, dampak sosiologis dan dampak psikologis. Dampak pertama adalah potensi destruktif yang ditemukan sains ternyata serta merta dimanfaatkan langsung sebagai senjata pemusnah massal oleh kekuatan-kekuatan militer dunia. Sejarah tak dapat memungkiri bahwa ilmuwan berperan cukup besar dalam pengembangan senjata-senjata pemusnah massal tersebut. Dampak kedua adalah dampak tak langsung yang berupa pencemaran dan perusakan lingkungan hidup manusia oleh industri sebagai penerapan teknologi untuk kepentingan ekonomi. Dampak ketiga adalah keretakan sosial, keterbelahan personal dan keterasingan mental yang dibawa oleh pola hidup urbanisasi yang mengikuti industrialisasi ekonomi. Dampak keempat, yang paling parah, adalah penyalahgunaan obat-obatan hasil industri kimia untuk menanggulangi dampak negatif dari urbanisasi.

3. The Islamic Worldview Sebagai Metodologi Ilmu

    Islamic worldview adalah bagaimana Islam memandang realita. Realita ini tidak terbatas pada dunia melainkan mencakup semua yang ada baik itu bisa diindera maupun tidak (ghaib). Memiliki Islamic worldview maknanya adalah ‘hidup dengan pandangan terhadap realita sebagaimana diajarkan oleh Islam. Seorang Muslim tidaklah akan mengatakan bahwa kalau Islam berpandangan begini, kalau Atheist berpandangan begitu, itu adalah pandangan masing-masing.  Allah itu ada, Firman-Nya itu ada, maut itu ada, alam kubur itu ada, hari kiamat itu ada, pengadilan Allah itu ada, Surga dan Neraka itu ada. Maka pertanyaannya: apakah kita mau menerimanya (berserah diri terhadapnya, atau ber-Islam) atau mau mengingkarinya (kafir).

Sunday, March 28, 2021

PERKEMBANGAN TRADISI KEILMUAN (IDI BAB 2)

 A.  Pasang Surut Perkembangan Ilmu

1. Periode Yunani Kuno

    Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.

    Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah Thales (624-545 SM),  Pythagoras (580 SM–500 SM), Aristoteles (384 SM- 322 SM) dan masih banyak lainnya.

2. Periode Islam

    Majunya Islam dalam perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan ilmuwan yang mempengaruhi dunia atas temuanya, seperti Ibnu Shina dengan dua karyanya yang berpengaruh ialah ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa’ (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine. Keduanya kini dipakai sebagai standar ilmu medis di seluruh dunia. Kemudian ada Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang menemukan algoritma dan sistem penomoran. Al-Khawarizmi juga dikenal ahli di berbagai bidang, seperti astrologi dan astronomi. Ibn Al Haytham, karyanya Kitab al-Manazir (Book of Optics) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik.Dan masih banyak ilmuwan muslim lainnya lagi yang berhasil mempengaruhi dunia.

B. Tradisi Keilmuan Di Dunia Islam

    Sistem pendidikan dan situasi zaman yang bersangkutan sangat berpengaruh. Kenyataannya, umat Islam kini mulai mencari alternatif sistem pendidikan yang efektif, tidak menghabiskan waktu belasan tahun untuk mempelajari terlalu banyak bidang ilmu sekaligus mampu memaksimalkan kemampuan peserta didik.

    Pokok pendidikan adalah tauhid, menanamkan nilai-nilai tauhid dalam jiwa setiap individu Muslim. Pada periode Makkah, proses pendidikan belum berlangsung optimal. Pendidikan berlangsung di rumah Abul al-Arqam secara sembunyi-sembunyi. Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah, barulah pendidikan Islam dapat berlangsung terbuka. Masjid-masjid didirikan, sekaligus dijadikan pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.

    Pendidikan tauhid menempati peringkat utama, kemudian akhlak, ibadah, linguistik, syair, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Pada masa Umar bin Khattab, sistem pendidikan lebih maju karena dilakukan dalam keadaan stabil. Selain masjid sebagai pusat pendidikan, juga dibentuk pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota. Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin, antara lain, Makkah, Madinah, Basrah, Kufah, dan Syam.

C. Kontribusi Dunia Islam

    Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan. Dulu, para ilmuwan Muslim seperti al-Biruni, Ibnu Sina, al-Battani, dan lainnya telah terlebih dulu mewarnai dunia ilmu pengetahuan. Mereka banyak menguasai ilmu kedokteran, perbintangan, perhitungan, hadis, fikih, dan masih banyak lagi. 

    Berikut beberapa kontribusi intelektual Muslim dalam peradaban dunia di berbagai bidang : 

1. Astronomi

    Astronomi atau ilmu falak adalah salah satu bidang ilmu yang paling digemari oleh para ilmuwan Muslim selain matematika. Hal ini disebabkan karena kedua bidang ilmu tersebut sangat mendukung peribadatan Islam, seperti dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan sebagainya.

2. Matematika

    Ilmu matematika dalam bahasa Arab disebut aljabar (perhitungan), sedangkan istilah algoritme adalah berasal dari nama penemunya yaitu al-Khawarizmi. Ia merupakan salah satu ahli matematika Muslim terkenal di masa khalifah al-Mamun. Ia menulis buku aljabar.

3. Fisika

    Ilmu fisika juga berhubungan erat dengan ilmu astronomi. Sehingga karya-karya tentang optik yang ditemukan oleh Hassan Ibn Haitam (965-1039 M) dijadikan dasar bagi bangunan ilmu fisika, yakni dasar bagi Bacon dan Kepler dalam penemuan teropong, teleskop maupun mikroskop dan dasar dari fotografi.

4. Kimia

    Meskipun bangsa Yunani telah mengenal sejumlah zat kimia, namun mereka tidak tahu apa-apa mengenai subtansi unsur-unsur zat kimia, seperti: alkohol, asam sulfur, maupun asam nitrat. Orang Arablah yang menemukan itu semua, yang bersamaan dengan penemuan potasium, asam amoniak, nitrat perak, dan merkuri.

5. Ilmu Hayat

    Dalam bidang ilmu hayat, bangsa Arab tidak berpuas diri dengan hasil dari penerjemahan karya-karya bangsa Yunani. Bangsa Arab pun melakukan kajian dan observasi sendiri secara intensif. Sehingga tidak heran jika mereka berhasil memperkaya daftar macam-macam tumbuhan yang tercantum dalam Daftar Dioscorides yang berisi sekitar 2000 spesies.

6. Ilmu Kedokteran

    Salah seorang ahli kedokteran Muslim yang sangat terkenal di dunia Barat adalah Abu Ali al-Hussein bin Abdallah ibn Sina, yang lebih dikenal sebagai Ibnu Sina atau Avicenna. Bukunya yang berjudul al-Qanun fi at-Tib atau petunjuk tentang kedokteran.

7. Filsafat

    Ibn Sina atau Avicenna juga merupakan seorang ahli filsafat. Ia telah membentuk sistem keilmuan dan pandangan filsafat skolastiknya secara gamblang.

8. Sastra

    Para ilmuwan Muslim juga memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia Barat di bidang sastra. Hal ini terbukti dari hasil kajian Asian Palacios atas karya-karya surealism dalam Islam dan atas buku La Devina Comedia karya Dante Aleghery yang menyimpulkan bahwa Dante telah mendapat pengaruh yang besar dari karya mistik Muhyidin ibn Arabi maupun penyair buta Abul Ala al-Maari.

9. Geografi dan Sejarah

    Masyarakat Arab dikenal gemar mengarungi pulau maupun benua untuk berdagang. Karena itu mereka harus menguasai geografi maupun sejarah setiap kawasan yang akan dijelajahi. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk menekuni ilmu-ilmu geografis maupun sejarah. Dalam bukunya yang berbahasa Inggris berjudul Golden Pastures, Hasan Ali al-Masudi memaparkan gambaran lengkap tentang setiap negeri yang pernah dikunjunginya pada pertengahan abad ke-10.

10. Sosiologi dan Ilmu Politik

    Ibn Khaldun (1332-1406 M) merupakan pemikir filsafat sosiologi dan sejarah yang terkenal dalam peradaban Islam. Salah satu bukunya yang disebut sebagai Prolegomena membahas refleksi umum sejarah manusia dan berbagai macam peradaban manusia sebagai hasil dari perbedaan iklim, kehidupan kaum pengembara maupun yang telah menetap dan istiadat atau latar belakang peradaban yang berbeda, termasuk kelembagaan sosial, ilmu pengetahuan dan seni yang mereka kembangkan.

11. Arsitektur dan Seni Rupa

    Arsitektur Muslim tampak dalam bentuk istana maupun masjid yang gemerlapan yang di kemudian hari berpengaruh pada seni bangunan gereja pada abad pertengahan di Eropa. Seperti pengaruh arsitektur masjid di Cordova terhadap gereja katedral Notre Dane du Puy dalam wujud lengkungan susun tiga, cuping ganda, lengkungan sepatu kuda maupun unsur dua warna yang merupakan ciri masjid di Cordova.

12. Musik

    Seorang musikus Muslim bernama Abul Hasan Ali Ibn Nafis atau sering dipanggil Ziriyab telah mendirikan konservatorium musik-musik Andalusia. Sejak itu teori musik mulai dikembangkan oleh al-Farabi, yang menulis Kitab al-Musiki (Pegangan Musik).

Monday, March 15, 2021

Pengertian dan Kedudukan Disiplin Ilmu dalam Islam

 1. Konsep Islam tentang Ilmu

    Dalam pandangan Alquran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-32). Dalam Al-Qur'an, penjelasan tentang konsep ilmu terdiri dari dua macam. Yaitu :

a. Ilmu Laduni

    Ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia. Ilmu yang didapat dari hasil Taqorub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Sering kita mengalami suatu kondisi di mana ada bisikan di hati, nah itulah yang disebut ilmu laduni (tentunya ilmu laduni ini menunjukkan kepada kebaikan ya, kalau menjerumuskan ke hal-hal negatif berarti itu bisikan syaiton)

b. Ilmu Kasbi

    Ilmu yang diperoleh karena usaha manusia. Seperti kita mempelajari bagaimana proses perkembangbiakan mahkluk hidup.

2. Dalil Al-Qur'an dan As Sunnah terkait dengan ilmu

    a. Orang berilmu diangkat derajatnya

    Allah SWT berfirman : "...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

    b. Orang berilmu takut kepada Allah SWT

    Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman : "Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."

    c. Orang berilmu akan diberi kebaikan dunia dan akhirat

    Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman : "Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."

    d. Orang berilmu dimudahkan jalannya ke surga

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

    Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)

    e. Orang berilmu memiliki pahala yang kekal

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu'alaihi wa sallam:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ
 صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

    Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

3. Episteme ilmu dalam Islam berlandaskan Tauhid

    Epistimologi islam adalah ilmu yang membahas tentang hakekat sumber pengetahuan serta metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan sudut pandang keislaman. Konsep tauhid diambil dari formula kalimat 'La ilaha illallah', dan kita tahu bahwa konsep tersebut telah menjadi prinsip dasar dalam ajaran Islam, dan kaitannya dengan integrasi ilmu, juga menjadi basis dari epistemologi Islam, sehingga menjadi asas pemersatu integrasi ilmu pengetahuan manusia.